Kamis, 08 Desember 2016

8 Fakta Menarik Usai Timnas Indonesia Melaju ke Partai Final AFF Suzuki Cup 2016

By: sepakbola.indosport.com

Timnas Indonesia berhasil melangkah ke babak final Piala AFF 2016 usai menahan imbang tuan rumah Vietnam 2-2, pada semifinal kedua Piala AFF 2016 di Stadion MY Dinh, Hanoi, Rabu (07/12/16) malam WIB.

Hasil seri tersebut memastikan langkah Skuat Garuda ke final. Sebab, Timnas dapat meraih kemenangan 2-1 pada semifinal pertama di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor, 03 Desember lalu. Timnas pun unggul agregat 4-2.

Dua gol Timnas dicetak oleh Stefano Lilipaly menit ke-53 dan Manahati Lestusen pada perpanjangan waktu menit ke-97. Dua gol The Golden Star dicetak oleh Vu Van Thanh (83') dan Vu Minh Tuan (93').
 

Para pemain dan ofisial Timnas Indonesia merayakan keberhasilan melaju ke babak final Piala AFF 2016.

Keberhasilan Timnas kali ini diiringi beberapa fakta menarik yang wajib untuk diketahui. Untuk itu, INDOSPORT telah merangkum 8 fakta menarik usai Timnas dipastikan melangkah ke final Piala AFF 2016.

1. Ini merupakan final ke-5 Indonesia sepanjang sejarah Piala AFF (Piala Tiger) pertama kali digelar pada tahun 1996. Sebelumnya, Indonesia masuk final pada tahun 2000, 2002, 2004, dan 2010. Indonesia hanya mampu menjadi runner up dalam 4 final tersebut.

2. Manahati Lestusen berhasil mencetak gol perdananya di Piala AFF 2016. Pemain asal klub PS TNI itu mencetak gol ke gawang Vietnam melalui tendangan penalti pada perpanjangan waktu menit ke-97.

3. Gol Stefano Lilipaly pada menit ke-53 merupakan torehan keduanya di Piala AFF 2016. Sebelumnya, ia pernah mencetak gol kala Indonesia menang 2-1 di pertandingan terakhir babak penyisihan Grup A Piala AFF 2016.

4. Indonesia mengulangi sukses laga penyisihan Grup A Piala Tiger 2004. Saat itu, Indonesia mengalahkan Vietnam di stadion (Stadion My Dinh) yang sama pada dengan skor 3-0.

5. Indonesia juga mengulangi sukses pada Piala Tiger 2000. Kala itu, Indonesia melangkah ke babak final usai menyingkirkan Vietnam dengan skor 3-2 melalui perpanjangan waktu.

6. Ini merupakan kegagalan Vietnam untuk ke-7 kalinya tak mampu melewati fase semifinal untuk lolos ke final. Sebelumnya, Vietnam gagal melangkah ke final usai tumbang di semifinal Piala AFF tahun 1996, 2000, 2002, 2007, 2010, dan 2014.

7. Vietnam belum pernah menang lagi atas Indonesia sejak tahun 1996 di Piala AFF (Piala Tiger). Vietnam ketika itu menang 3-2 atas Indonesia pada perebutan tempat ketiga. Sebelumnya, kedua kesebelasan bermain imbang 1-1 di penyisihan Grup A.

Indonesia kemudian menang atas Vietnam dalam laga semifinal Piala Tiger 2000, menahan imbang The Golden Star 2-2 pada babak penyisihan Grup A Piala Tiger 2002 2-2.

Lalu menang 3-0 pada babak penyisihan Grup A Piala Tiger 2004. Terakhir menahan imbang 2-2 saat babak penyisihan Grup B Piala Tiger 2007.

8. Wasit Fu Ming yang memimpin laga Vietnam kontra Indonesia, baru pertama kali menjadi pengadil lapangan di Piala AFF 2016.  

Baca juga artikel-artikel sejenis di liputan khusus Piala AFF

Editor : Tengku Sufiyanto

Minggu, 03 April 2016

Pentingnya Mendidik Anak Dalam Islam



Pentingnya Mendidik Anak Dalam Islam
Segala puji kepada Alloh swt. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada
Rasululloh termulia, kepada keluarga dan para sahabatnya.
Seringkali orang mengatakan: "Negara ini adikuasa, bangsa itu mulia dan kuat, tak ada seorangpun yang berpikir mengintervensi negara tersebut atau menganeksasinya karena kedigdayaan dan keperkasaannya".

Dan elemen kekuatan adalah kekuatan ekonomi, militer, teknologi dan kebudayaan. Namun, yang terpenting dari ini semua adalah kekuatan manusia, karena manusia adalah sendi yang menjadi pusat segala elemen kekuatan lainnya.

Tak mungkin senjata dapat dimanfaatkan, meskipun canggih, bila tidak ada orang yang ahli dan pandai menggunakannya. Kekayaan, meskipun melimpah, akan menjadi mubadzir tanpa ada orang yang mengatur dan mendaya-gunakannya untuk tujuan-tujuan yang bermanfaat.

Dari titik tolak ini, kita dapati segala bangsa menaruh perhatian terhadap pembentukan individu, pengembangan sumber daya manusia dan pembinaan warga secara khusus agar mereka menjadi orang yang berkarya untuk bangsa dan berkhidmat kepada tanah air.

Sepatutnya umat Islam memperhatikan pendidikan anak dan pembinaan individu untuk mencapai predikat "umat terbaik", sebagaimana dinyatakan Alloh 'Azza Wa’alla dalam firman-Nya:
"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan
mencegah dari yang munkar... ". (Surah Ali Imran :110).

Dan agar mereka membebaskan diri dari jurang dalam yang mengurung diri mereka, sehingga keadaan mereka dengan umat lainnya seperti yang diberitakan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam dalam sabdanya:
"Hampir saja umat-umat itu mengerumuni kalian bagaikan orang-orang yang sedang makan
berkerumun disekitar nampan.". Ada seorang yang bertanya: "Apakah karena kita berjumlah sedikit pada masa itu?" Jawab beliau: "Bahkan kalian pada masa itu berjumlah banyak, akan tetapi kalian bagaikan buih air bah. Allah niscaya mencabut dari hati musuh kalian rasa takut kepada kalian, dan menanamkan rasa kelemahan dalam dada kalian". Seorang bertanya: "Ya Rasulullah, apakah maksud kelemahan itu?" Jawab beliau: "Yaitu cinta kepada dunia dan enggan mati".

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama dimana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupanya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sesudahnya.

Dari sini, keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personil-personilnya. Musuh-musuh Islam telah menyadari pentingya peranan
keluarga ini. Maka mereka pun tak segan-segan dalam upaya menghancurkan dan merobohkannya. Mereka mengerahkan segala usaha untuk mencapai tujuan itu.

Sarana yang mereka pergunakan antara lain:

1.      Merusak wanita muslimah dan mempropagandakan kepadanya agar meninggallkan tugasnya yang utama dalam menjaga keluarga dan mempersiapkan generasi.
2.      Merusak generasi muda dengan upaya mendidik mereka di tempat-tempat pengasuhan yang jauh dari keluarga, agar mudah dirusak nantinya.
3.      Merusak masyarakat dengan menyebarkan kerusakan dan kehancuran, sehingga keluarga, individu dan masyarakat seluruhnya dapat dihancurkan.

Sebelum ini, para ulama umat Islam telah menyadari pentingya pendidikan melalui keluarga. Syaikh Abu Hamid Al Ghazali ketika membahas tentang peran kedua orang tua dalam pendidikan mengatakan: "Ketahuilah, bahwa anak kecil merupakan amanat bagi kedua orangtuanya. Hatinya
yang masih suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang disodorkan kepadanya Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam kebaikan dan berbahagialah kedua orang tuanya di dunia dan akhirat, juga setiap pendidik dan gurunya. Tapi jika dibiasakan kejelekan dan dibiarkan sebagai mana binatang ternak, niscaya akan menjadi jahat dan binasa. Dosanya pun ditanggung oleh pengajar dan walinya.

Maka hendaklah ia memelihara, mendidik, dan membina serta mengajarinya akhlak yang baik, menjaganya dari teman-teman jahat, tidak membiasakannya bersenang-senang dan tidak pula menjadikannya suka kemewahan, sehingga akan menghabiskan umurnya untuk mencari hal tersebut bila dewasa."

Semoga kita sebagai orang tua lebih memperhatikan lagi tentang pentingnya mendidik anak dalam islam, dan kita harus lebih peka dalam pergaulannya.
Semoga Alloh menghimpun kekuatan kita (umat islam) dalam memerangi makar-makar islam, dan selalu menjaga anak-anak kita agar menjadi anak-anak yang kuat serta soleh dan solehah. Amin


Oleh : Syaikh YĆ«suf Muhammad al-Hasan







Nilai-nilai pendidikan dalam Surah Luqman ayat 12-19
1.      Perintah untuk bersyukur kepada Allah
2.      Menyembah Allah Swt dan tidak berbuat syirik kepadaNya
3.      Berbakti kepada orang tua
4.      Setiap perbuatan yang dilakukan pasti akan ada balasannya oleh Allah
5.      Perintah mengerjakan shalat
6.      Berbuat amar ma`ruf dan nahi munkar
7.      Tidak berprilaku sombong dan angkuh dalam kehidupan
8.      Bersikap sopan santun

MAKALAH HAKIKAT, OBJEK DAN METODOLOGI FILSAFAT



MAKALAH

HAKIKAT, OBJEK DAN METODOLOGI FILSAFAT

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

FILSAFAT UMUM

Dosen Pembimbing: Rizal, S. Ag, MA


Disusun  Oleh: IRSAL
No BP. 214.048






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) – YDI
LUBUK SIKAPING – PASAMAN
TAHUN AKADEMIK 2014/2015


KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan ke hadiran Allah SWT, karena berkat kemurahanNya makalah ini yang berjudul “Hakikat, Objek dan Metode Filsafat”. Shalawat dan salam juga tidak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Rizal, S.Ag, MA selaku dosen pembimbing mata kuliah filsafat umu yang telah bersedia memberikan arahan dan bimbingan bagi kami dalam penulisan makalah ini. Dan tak lupa juga bagi teman-teman yang memberikan sumbangsih ide dan pikirannya, semoga makalah ini akan bermanfaat bagi kita bersama dalam rangka memperdalam ilmu pengetahuan kita.
Penulis menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran yang membangun demi untuk kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.

Lubuk Sikaping, November 2014

Penulis

















DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………….................................................................            i
Daftar Isi…………………………………………………………………..             ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang…………………………………………………….             1
B.     Rumusan Masalah…………………………………………………             1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Hakikat Filsafat……………………………………………………             2
B.     Objek Pembahasan Filsafat………………………………………..             4
C.     Metode Pembahasan Filsafat……………………………………...             5
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan………………………………………………………..             7
B.     Saran……………………………………………………………….            7
DAFTAR PUSTAKA




















BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari – hari kita mungkin sering mendengar kata filsafat. Lalu apakah kita sudah mengetahui pengertian dari filsafat tersebut? Banyak juga orang yang belum mengetahui makna sesungguhnya dari filsafat padahal filsafat adalah ilmu yang penting karena filsafat adalah induk dari segala ilmu pengetahuan. Selain itu banyak pula yang belum mengetahui objek kajian dan metodologi dalam  filsafat.
Dari itulah penulis menyusun makalah ini untuk mengetahui lebih mendalam tentang defenisi, objek dan metodologi dalam filsafat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu hakikat filsafat?
2.      Hal apa saja yang termasuk objek pembahasan filsafat?
3.      Metode apa saja yang digunakan dalam pembahasan filsafat?














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikaf Filsafat
Kata filsafat berasal dari kata Yunani filosofia, yang berasal dari kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata Yunani philosophis yang berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai, atau philia yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata Inggris Philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”.
Arti kata tersebut di atas belum memperhatikan makna yang sebenarnya dari kata filsafat, sebab pengertian “mencintai” belum memperlihatkan keaktifan seorang filosof untuk memperoleh kearifan atau kebijaksanaan itu. Menurut pengertian yang lazim berlaku di Timur (Tiongkok atau di India), seseorang disebut filosof  bila dia telah mendapatkan atau telah meraih kebijaksanaan. Sedangkan menurut pengertian yang lazim berlaku di Barat, kata “mencintai” tidak perlu meraih kebijaksanaan, karena itu yang disebut filosof atau “orang bijaksana” mempunyai pengertian yang berbeda dengan pengertian di Timur.[1]
Menurut Hasan Shadily mengemukakan bahwa filsafat menurut asal katanya adalah cinta akan kebenaran. Dengan demikian, dapat ditarik pengertian bahwa filsafat adalah cinta pada ilmu pengetahuan dan kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi, orang yang berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli hikmah dan bijaksana[2].
Menurut Harun Nasution  mengemukakan bahwa Filsafat adalah berfikir menurut tata tertib (logika), bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma, serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalan.[3]
Menurut Harold mengemukakan pengertian filsafat dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Dalam arti sempit filsafat diartikan sebagai sains yang berkaitan dengan metodologi atau analisis bahasa secara logis dan analisis makna-makna. Dalam pengertian yang lebih luas, filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang alam semesta, hidup, dan makna hidup.
Selanjutnya, Imam Barnadib menjelaskan filsafat sebagai pandangan yang menyeluruh dan sistematis. Menyeluruh, karena filsafat bukan hanya pengetahuan, melainkan juga suatu pandangan yang dapat menembus sampai di balik pengetahuan itu sendiri. Dengan pandangan yang lebih terbuka ini, hubungan dan pertalian antara semua unsur yang mengarahkan perhatian dan kedalaman mengenai kebajikan dimungkinkan untuk dapat ditemukan. Sistematis karena filsafat menggunakan berpikir secara sadar, teliti dan teratur sesuai dengan hukum-hukum yang ada.[4]
Filsafat adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara berpikir logis, tentang objek yang abstrak logis, kebenaranya dipertanggung jawabkan secara logis pula. Jika diringkaskan dapat, juga dikatakan bahwa filsafat ialah pengetahuan yang logis yang tidak dapat dibuktikan secara empiris.[5]
Asmoro Hadi memberikan arti filsafat sebagai suatu proses refleksi bekerjanya akal, mengandung berbagai kegiatan, problema kehidupan.[6]
Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa filsafat merupakan kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan dan kearifan. Filsafat berusaha merenungkan dan membuat garis besar dari masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang pelik dari pengalaman umat manusia sampai kepada sinopsis tentang pokok-pokok yang ditelaahnya.

B.      Obyek Pembahasan Filsafat
Isi filsafat ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan. Objek yang dipikirkan oleh filosof  ialah segala yang ada dan yang mungkin ada, jadi luas sekali. Objek yang diselidiki oleh filsafat ini disebut :
1.      Objek Materi Filsafat, yaitu hal atau bahan yang diselidiki (hal yang dijadikan sasaran penyelidikan). Atau segala sesuatu yang ada. “Ada” di sini mempunyai tiga pengertian, yaitu ada dalam kenyataan, pikiran, dan kemungkinan.[7] 
Pengertian lain adalah segala sesuatu yang menjadi masalah filsafat,  segala sesuatu yang dimasalahkan oleh atau dalam filsafat, terdapat tiga persoalan pokok:
a.       Hakikat Tuhan                                          
b.      Hakikat Alam
c.       Hakikat Manusia  
2.      Objek Forma Filsafat, yaitu sudut pandang (point of view), dari mana hal atau bahan tersebut dipandang. Atau Objek Forma Filsafat adalah menyeluruh secara umum. Menyeluruh di sini berarti bahwa filsafat dalam memandangnya dapat mencapai hakikat (mendalam), atau tidak ada satu pun yang berada di luar jangkauan pembahasan filsafat.[8]
Pengertian lain menyebutkan bahwa Objek Forma Filsafat adalah usaha mencari keterangan secara radikal (sedalam – dalamnya sampai ke akar – akarnya) tentang objek materi filsafat.




C.    Metode Pembahasan Filsafat
Ahmad Tafsir mengemukakan tiga macam metode pembahasan filsafat: yaitu metode sistematis, metode historis, dan metode kritis.[9]
1.      Menggunakan metode sistematis, dengan mendalami struktur pembahasan filsafat : epistemology, ontology, dan aksiologi filsafat.  Mula-mula dengan menghadapi teori pengetahuan (epistemology) beberapa cabang filsafat. Setelah itu ia mendalami teori hakikat (Ontologi), dan kemudian mendalami teori nilai (aksiologi)  filsafat. Dengan demikian setiap cabang atau subcabang dan aliran-aliran filsafat akan terbahas.
2.      Metode historis, yaitu dengan cara membicarakan tokoh demi tokoh menurut kedudukannya dalam sejarah, misalnya dimulai dari membicarakan filsafat Thales, membicarakan riwayat hidupnya, pokok ajarannya, baik dalam teori pengetahuan, teori hakikat, maupun dalam teori nilai. Lantas dilanjutkan dengan yang lain yang saat ini sampai Capra, dan seterusnya.
3.      Metode kritis (gabungan) digunakan oleh mereka yang mendalami filsafat tingkat intensif. Seseorang haruslah sedikit-banyak telah memiliki pengetahuan filsafat. Membahas filsafat dapat mengambil pendekatan sistematis ataupun historis. Langkah pertama ialah memahami isi ajaran, kemudian mencoba mengajukan kritiknya. Kritik itu mungkin dalam bentuk menentang, dapat juga berupa dukungan terhadap ajaran filsafat yang sedang dipelajari

Yuyun S. Suriasumantri mengemukakan metode pembahasan filsafat[10]:
1.      Universal (menyeluruh), melihat filsafat dalam konstelasi pegetahuan yang lain;
2.      mendasar, tidak percaya begitu saja bahwa sesuatu itu sudah benar, tetapi perlu dikaji sampai mendasar;
3.      spekulatif, memulai sesuatu pengetahuan dengan asumsi bahwa penge tahuan itu benar, kemudian filsafat mencari tahu tentang kebenarannya.
4.       Dialectica : metode yang digunakan Socrates, yaitu dengan dialog; dialog  mempunyai peranan penting dalam mendalami filsafat.[11]































BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Filsafat berasal dari kata Yunani filosofia, yang berasal dari kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata tersebut juga berasal dari kata Yunani philosophis yang berasal dari kata kerja philein yang berarti mencintai, atau philia yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata Inggris Philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”.
Adapun yang menjadi objek kajian filsafat ialah dalam objek material terdiri dari hakikat Tuhan, hakikat alam dan hakikat manusia. Sedangkan metode yang digunakan dalam filsafat diantaranya metode sistematis, historis, kritis, universal, mendasar, spekulatif dan dialectica

B.     Saran
Demikian makalah ini penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena penulis adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kesempuraan karya ini dimasa yang akan datang.











DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. 2010  Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Press.
Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2007. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.
Ahmad Tafsir. 2010. Filsafat Umum. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Asmoro Hadi.  2011. Filsafat Umum. Jakarta  : RajaGrafindo Persada.
Jujun S. Suriasumantri. 1999. Filsafat Ilmu. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.


[1].  Asmoro Achmadi, Filsafat Umum. (Jakarta: Rajawali Press, 2010). h. 1-2
[2].  Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2007). h. 15
[3] . Ibid 
[4] . Ibid, h. 16
[5].  Ahmad Tafsir. Filsafat Umum (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2010),  h. 45
[6]. Asmoro Hadi. Filsafat Umum (Jakarta  : RajaGrafindo Persada, 2011),  h. 9-10
[7]  Asmoro Ahmadi. Op.cit. h. 9

[8]. Ibid
[9]. Ahmad Tafsir, Op.cit. h. 20-21
[10].  Jujun S. Suriasumantri. Filsafat Ilmu (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1999), h. 20-22
[11].  Ahmad Tafsir, op.cit.  h. 54-55