Senin, 25 Maret 2013

MAKALAH TAFSIR SURAH ALI IMRAN AYAT 122 dan SURAH AL-ANKABUT AYAT 45

MAKALAH TAFSIR SURAH ALI IMRAN AYAT 122 dan SURAH AL-ANKABUT AYAT 45 OLEH: ERY KURNIA, DKK. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam makalah yang sederhana ini kami akan menyajikan beberapa penafsiran para mufassir tentang ayat yang berkaitan dengan Ibadah Menbentuk Akhlak Mulia. Disini akan diuraikan tentang ibadah yang bagaimana yang akan mampu membentuk akhlak mulia pada seseorang. Seperti halnya tentang ayat yang menyebutkan “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari yang keji dan yang mungkar”. B. Pokok Bahasan Yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah kami ini adalah tentang penafsiran ayat Al-Qur’an: 1. Surah Ali Imran ayat 122 2. Surah Al-Ankabut ayat 45 C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan kami dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir. Disamping itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan para mahasiswa khususnya dan umumnya pembaca sekalian. BAB II PEMBAHASAN A. Surah Ali Imran Ayat 112 Artinya: Mereka ditimpa kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melanggar peraturan”. Ali 'Imran (3):112 Tafsir Ayat “mereka itu ditimpa kehinaan dimana saja mereka berada” sesungguhnya mereka selalu diikuti kehinaan sehingga tidak bias melepaskan diri darinya. “kecuali (jika mereka berpegang) kepada tali Allah dan tali manusia”. Dengan demikian jalan untuk memperbaiki masih tetap terbuka untuk mereka. Pegang tali kepada Tuihan, ke langit dengan iman yang teguh, tali kepada manusia, ke bumi, dengan menghapuskan perasaan bahwa saya tinggi sebenang dari orang lain, bahwa orang lain hina semua . Memasuki pergaulan mukmin dan menjadi muslim sejati. Kalau kedua tali ini tidak dipegang teguh, tentu mereka akan bertambah tenggelam dalam kufur. “sepantasnya mereka kena murka Allah dan ditimpa kehinaan (kemiskinan).” Dan mereka telah menjadi orang-orang yang berhak menerima kemurkaan Allah, dan harus menerimanya. Sehingga mereka diliputi kesengsaraan dan merasa kecil hati (rendah diri). “Yang demikian itu ialah karena sesungguhnya mereka telah kufur kepada ayat-ayat Allah dan mereka bunuh Nabi-nabi dengan tiada kebenaran.” Kehinaan dan kesengsaraan yang menimpa mereka, disamping mereka mendapat kemurkaan Allah adalah lantaran kekufuran mereka kekufuran mereka kepada ayat-ayat Allah, dan mereka membunuh para Nabi yang memberikan syari’at tanpa hak. Dalam nash disebutkan bahwa pembunuhan itu tanpa hak, dan kenyataannya memang demikian. Maka, hal ini dimaksudkan sebagai kecaman atas tindakan mereka, karena hal itu dilakukan dengan sengaja, bukan karena kesalahan . “Demikianlah, karena mereka telah durhaka dan melanggar peraturan.” Sesungguhnya, mereka tidak sekali-kali berani melakukan hal itu melainkan karena kebiasaan dalam melakukan maksiat dan pelanggaran atas batasan-batasan Alla. Disamping terus menerus melakukan dosa kecil, yang akhirnya menjerumuskan mereka ke dalam dosa yang besar. Maka, barangsiapa terus menerus melakukan hal itu secara kebiasaan, maka hal itu akan membawanya kepada kekufuran, sampai berani membunuh para Nabi yang memberikan petunjuk kepada mereka. Membunuh para Nabi itu, sekalipun tidak dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang hidup pada masa diturunkannnya Al-qur’an, bahkan yang melakukannya para pendahulu mereka, tetapi mereka menyetujui perbuatan para pendahulu yang mereka akui sebagai nenek moyang, yang ada kaitan nasab dengan mereka. Sehingga, hal ini merupakan behavior (tingkah laku) yang mereka warisi turun temurun. B. Surah Al-Ankabut Ayat 45 Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu daripada al-Kitab dan dirikanlah shalat; sesungguhnya shalat itu mencegah dari yang keji dan yang munkar. Dan sesungguhnya ingat akan Allah itu adalah lebih besar. Dan Allah Mengetahui apa pun yang kamu perbuat.” (QS. Al-Ankabut : 45) Tafsir Ayat “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, daripada al-Kitab dan dirikanlah shalat.” Pada pangkal ayat ini, Rasulullah diberi tuntunan oleh Tuhan bagaimana caranya memperteguh jiwa menghadapi tugas yang berat (melakukan dakwah kepada manusia). Yaitu (1) Hendaklah dia selalu membaca, merenungkan, dan memahami isi dari wahyu-wahyu yang diturunkan Tuhan kepadanya. (2) Hendaklah mendirikan shalat. Pada kalimat selanjutnya dari ayat ini adalah “… Sesungguhnya shalat itu mencegah dari yang keji dan yang mungkar…” yang telah disebutkan secara jelas bahwa shalat yang kita kerjakan lima waktu itu (subuh, zuhur, ashar, magrib, dan isya) dapat membentengi kita dari perbuatan yang keji, seperti berzina, merampok, merugikan orang lain, berdusta, menipu dan segala perbuatan mungkar yang dapat celaan dari masyarakat karena shalat mengandung berbagai macam ibadat, seperti takbir, tasbih, berdiri di hadapan Allah, ruku’ dan sujud dengan kerendahan hati, seraya pengagungan, lantaran di dalam ucapan dan perbuatan shalat terdapat isyarat untuk meninggalkan kekejian dan kemungkaran . Rasulullah pernah ditanya tentang tafsir ayat “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari yang keji dan yang mungkar.” Dan jawaban Rasulullah adalah “Barangsiapa yang shalatnya tidak dapat mencegahnya daripada yang keji dan mungkar, maka tidaklah ada shalat baginya.” Sambungan ayat ini adalah “… Dan sesungguhnya ingat akan Allah itu adalah lebih besar…” Maksudnya adalah shalat merupakan gabungan dari amalan kita yang zahir, yang di dalam ilmu fiqh disebut rukun fi’li yang artinya bagian yang kita perbuat dalam mendirikan shalat. Sejak berdiri tegak menghadap kiblat, memasang niat, melafalkan takbir, membaca segala yang patut dibaca, ruku’, sujud, i’tidal, duduk antara dua sujud, sampai tahiyyat terakhir dan sampai salam. Tetapi semua itu menjadi kecil dan tidak berarti jika dalam mengerjakan shalat tersebut, kita tidak mengingat Allah. Maka ingat kepada Allah itulah yang terpenting atau paling besar dalam sembahyang. Abul ‘Aliyah mengatakan bahwa pada shalat itu hendaklah dilatih mendirikan tiga keistimewaan, yaitu: (1) Ikhlas, artinya semata-mata satu saja tujuan, yaitu karena Allah. (2) Khasyyah, artinya takut amalan itu tidak akan diterima Allah. (3) Dzikrullah, artinya ingat kepada Allah dalam hati disertai dengan sebutan mulut. Ia mengatakan bahwa ikhlas mendorong kita berbuat yang ma’ruf. Khasyyah mencegah kita berbuat yang mungkar. Dzikrullah dalam shalat adalah seluruh ayat-ayat al-Qur’an dan bacaan anjuran Nabi yang dibaca. Zikir akan menyuruh yang baik dan melarang yang mungkar. Kalimat selanjutnya yang terakhir adalah “… Dan Allah Mengetahui apapun yang kamu perbuat.” Maksud dari penggalan terakhir arti dari ayat ini adalah bahwa kita tidak lepas dari penglihatan Allah. Allah mengetahui kebaikan dan keburukan yang kita perbuat, maka Ia akan membalasnya sesuai dengan amal yang telah kita perbuat. Jika baik maka, baik balasannya dan jika buruk, maka buruk pula balasannya . BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari penjabara dalam pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya ibadah seseorang akan dapat membentuk akhlaknya. Bila seseorang tersebut melakukan ibadah yang benar dan sesuai dengan syari’at agama, maka akan terbentuklah akhlak mulia pada dirinya. Demikian pula sebaliknya, jika seseorang meninggalkan ibadah yang diperintahkan agama, atau bahkan melaksanakan yang dilarangnya, maka akan terbebtuklah ahklak yang tercela pada dirinya. B. Saran Segala bentuk kritikan ataupun saran dari pembaca terhadap penulisan makalah ini, kami sangat mengharapkannya demi kesempurnaan makalah kami. DAFTAR PUSTAKA  Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. 1986. Terjemah Tafsir Maraghi Juz IV. Semarang : CV. Toha Putra.  _________________________. 1986. Terjemah Tafsir Maraghi Juz XXI. Semarang: CV. Toha Putra.  Amrullah, Abdulmalik Abdulkarim. 1988. Tafsir Al-Azhar Juz IV. Jakarta : PT. Pustaka Panjimas  ____________________________. 1988. Tafsir Al-Azhar Juz XXI. Jakarta : PT. Pustaka Panjimas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar