Senin, 25 Maret 2013

MAKALAH TAFSIR SURAH ALI IMRAN AYAT 122 dan SURAH AL-ANKABUT AYAT 45

MAKALAH TAFSIR SURAH ALI IMRAN AYAT 122 dan SURAH AL-ANKABUT AYAT 45 OLEH: ERY KURNIA, DKK. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam makalah yang sederhana ini kami akan menyajikan beberapa penafsiran para mufassir tentang ayat yang berkaitan dengan Ibadah Menbentuk Akhlak Mulia. Disini akan diuraikan tentang ibadah yang bagaimana yang akan mampu membentuk akhlak mulia pada seseorang. Seperti halnya tentang ayat yang menyebutkan “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari yang keji dan yang mungkar”. B. Pokok Bahasan Yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah kami ini adalah tentang penafsiran ayat Al-Qur’an: 1. Surah Ali Imran ayat 122 2. Surah Al-Ankabut ayat 45 C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan kami dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir. Disamping itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan para mahasiswa khususnya dan umumnya pembaca sekalian. BAB II PEMBAHASAN A. Surah Ali Imran Ayat 112 Artinya: Mereka ditimpa kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melanggar peraturan”. Ali 'Imran (3):112 Tafsir Ayat “mereka itu ditimpa kehinaan dimana saja mereka berada” sesungguhnya mereka selalu diikuti kehinaan sehingga tidak bias melepaskan diri darinya. “kecuali (jika mereka berpegang) kepada tali Allah dan tali manusia”. Dengan demikian jalan untuk memperbaiki masih tetap terbuka untuk mereka. Pegang tali kepada Tuihan, ke langit dengan iman yang teguh, tali kepada manusia, ke bumi, dengan menghapuskan perasaan bahwa saya tinggi sebenang dari orang lain, bahwa orang lain hina semua . Memasuki pergaulan mukmin dan menjadi muslim sejati. Kalau kedua tali ini tidak dipegang teguh, tentu mereka akan bertambah tenggelam dalam kufur. “sepantasnya mereka kena murka Allah dan ditimpa kehinaan (kemiskinan).” Dan mereka telah menjadi orang-orang yang berhak menerima kemurkaan Allah, dan harus menerimanya. Sehingga mereka diliputi kesengsaraan dan merasa kecil hati (rendah diri). “Yang demikian itu ialah karena sesungguhnya mereka telah kufur kepada ayat-ayat Allah dan mereka bunuh Nabi-nabi dengan tiada kebenaran.” Kehinaan dan kesengsaraan yang menimpa mereka, disamping mereka mendapat kemurkaan Allah adalah lantaran kekufuran mereka kekufuran mereka kepada ayat-ayat Allah, dan mereka membunuh para Nabi yang memberikan syari’at tanpa hak. Dalam nash disebutkan bahwa pembunuhan itu tanpa hak, dan kenyataannya memang demikian. Maka, hal ini dimaksudkan sebagai kecaman atas tindakan mereka, karena hal itu dilakukan dengan sengaja, bukan karena kesalahan . “Demikianlah, karena mereka telah durhaka dan melanggar peraturan.” Sesungguhnya, mereka tidak sekali-kali berani melakukan hal itu melainkan karena kebiasaan dalam melakukan maksiat dan pelanggaran atas batasan-batasan Alla. Disamping terus menerus melakukan dosa kecil, yang akhirnya menjerumuskan mereka ke dalam dosa yang besar. Maka, barangsiapa terus menerus melakukan hal itu secara kebiasaan, maka hal itu akan membawanya kepada kekufuran, sampai berani membunuh para Nabi yang memberikan petunjuk kepada mereka. Membunuh para Nabi itu, sekalipun tidak dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang hidup pada masa diturunkannnya Al-qur’an, bahkan yang melakukannya para pendahulu mereka, tetapi mereka menyetujui perbuatan para pendahulu yang mereka akui sebagai nenek moyang, yang ada kaitan nasab dengan mereka. Sehingga, hal ini merupakan behavior (tingkah laku) yang mereka warisi turun temurun. B. Surah Al-Ankabut Ayat 45 Artinya : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu daripada al-Kitab dan dirikanlah shalat; sesungguhnya shalat itu mencegah dari yang keji dan yang munkar. Dan sesungguhnya ingat akan Allah itu adalah lebih besar. Dan Allah Mengetahui apa pun yang kamu perbuat.” (QS. Al-Ankabut : 45) Tafsir Ayat “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, daripada al-Kitab dan dirikanlah shalat.” Pada pangkal ayat ini, Rasulullah diberi tuntunan oleh Tuhan bagaimana caranya memperteguh jiwa menghadapi tugas yang berat (melakukan dakwah kepada manusia). Yaitu (1) Hendaklah dia selalu membaca, merenungkan, dan memahami isi dari wahyu-wahyu yang diturunkan Tuhan kepadanya. (2) Hendaklah mendirikan shalat. Pada kalimat selanjutnya dari ayat ini adalah “… Sesungguhnya shalat itu mencegah dari yang keji dan yang mungkar…” yang telah disebutkan secara jelas bahwa shalat yang kita kerjakan lima waktu itu (subuh, zuhur, ashar, magrib, dan isya) dapat membentengi kita dari perbuatan yang keji, seperti berzina, merampok, merugikan orang lain, berdusta, menipu dan segala perbuatan mungkar yang dapat celaan dari masyarakat karena shalat mengandung berbagai macam ibadat, seperti takbir, tasbih, berdiri di hadapan Allah, ruku’ dan sujud dengan kerendahan hati, seraya pengagungan, lantaran di dalam ucapan dan perbuatan shalat terdapat isyarat untuk meninggalkan kekejian dan kemungkaran . Rasulullah pernah ditanya tentang tafsir ayat “Sesungguhnya shalat itu mencegah dari yang keji dan yang mungkar.” Dan jawaban Rasulullah adalah “Barangsiapa yang shalatnya tidak dapat mencegahnya daripada yang keji dan mungkar, maka tidaklah ada shalat baginya.” Sambungan ayat ini adalah “… Dan sesungguhnya ingat akan Allah itu adalah lebih besar…” Maksudnya adalah shalat merupakan gabungan dari amalan kita yang zahir, yang di dalam ilmu fiqh disebut rukun fi’li yang artinya bagian yang kita perbuat dalam mendirikan shalat. Sejak berdiri tegak menghadap kiblat, memasang niat, melafalkan takbir, membaca segala yang patut dibaca, ruku’, sujud, i’tidal, duduk antara dua sujud, sampai tahiyyat terakhir dan sampai salam. Tetapi semua itu menjadi kecil dan tidak berarti jika dalam mengerjakan shalat tersebut, kita tidak mengingat Allah. Maka ingat kepada Allah itulah yang terpenting atau paling besar dalam sembahyang. Abul ‘Aliyah mengatakan bahwa pada shalat itu hendaklah dilatih mendirikan tiga keistimewaan, yaitu: (1) Ikhlas, artinya semata-mata satu saja tujuan, yaitu karena Allah. (2) Khasyyah, artinya takut amalan itu tidak akan diterima Allah. (3) Dzikrullah, artinya ingat kepada Allah dalam hati disertai dengan sebutan mulut. Ia mengatakan bahwa ikhlas mendorong kita berbuat yang ma’ruf. Khasyyah mencegah kita berbuat yang mungkar. Dzikrullah dalam shalat adalah seluruh ayat-ayat al-Qur’an dan bacaan anjuran Nabi yang dibaca. Zikir akan menyuruh yang baik dan melarang yang mungkar. Kalimat selanjutnya yang terakhir adalah “… Dan Allah Mengetahui apapun yang kamu perbuat.” Maksud dari penggalan terakhir arti dari ayat ini adalah bahwa kita tidak lepas dari penglihatan Allah. Allah mengetahui kebaikan dan keburukan yang kita perbuat, maka Ia akan membalasnya sesuai dengan amal yang telah kita perbuat. Jika baik maka, baik balasannya dan jika buruk, maka buruk pula balasannya . BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari penjabara dalam pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya ibadah seseorang akan dapat membentuk akhlaknya. Bila seseorang tersebut melakukan ibadah yang benar dan sesuai dengan syari’at agama, maka akan terbentuklah akhlak mulia pada dirinya. Demikian pula sebaliknya, jika seseorang meninggalkan ibadah yang diperintahkan agama, atau bahkan melaksanakan yang dilarangnya, maka akan terbebtuklah ahklak yang tercela pada dirinya. B. Saran Segala bentuk kritikan ataupun saran dari pembaca terhadap penulisan makalah ini, kami sangat mengharapkannya demi kesempurnaan makalah kami. DAFTAR PUSTAKA  Al-Maraghi, Ahmad Mushthafa. 1986. Terjemah Tafsir Maraghi Juz IV. Semarang : CV. Toha Putra.  _________________________. 1986. Terjemah Tafsir Maraghi Juz XXI. Semarang: CV. Toha Putra.  Amrullah, Abdulmalik Abdulkarim. 1988. Tafsir Al-Azhar Juz IV. Jakarta : PT. Pustaka Panjimas  ____________________________. 1988. Tafsir Al-Azhar Juz XXI. Jakarta : PT. Pustaka Panjimas

Makalah ilmu Mantiq: Qadhiyah Syartiyah Muttashilah dan Qadhiyah Syartiyah Munfashilah.

MAKALAH ILMU MANTIQ TENTANG Qadhiyah Syartiyah Muttashilah dan Qadhiyah Syartiyah Munfashilah OLEH: DESRI KURNIA, DKK. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu mantiq adalah ilmu tentang kaidah-kaidah yang dapat membimbing manusia kearah berfikir secara benar, yang menghasilkan kesimpulan yang benar, sehingga ia terhindar dari cara berfikir yang keliru yang akan menghasilkan kesimpulan yang salah. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Mantiq. Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa Ilmu Mantiq adalah ilmu tentang kaidah-kaidah yang dapat membimbing manusia kearah berfikir yang benar, maka salah satu kaidah tersebut adalah yang akan dijelaskan dalam makalah ini. Yaitu tentang Qadhiyah Syartiyah Muttashilah dan Qadhiyah Syartiyah Munfashilah. B. Ruang Lingkup Pembahasan Dalam makalah yang sederhana ini akan dibahas tentang pengertian dan pembagian, serta contoh-contoh Qadhiyah Syartiyah Muttashilah dan Qadhiyah Syartiyah Munfashilah. BAB II PEMBAHASAN A. Qadhiyah Syartiyah Muttashilah 1. Pengertian dan pembagiannya Qadhiyah Syartiyah Muttashilah adalah qadhiyah syartiyah diantara muqadham dan tali nya terkait erat (tak terpisahkan). Contoh: - Jika matahari terbit, siang dating (mujabah) - Tidaklah jika matahari terbit, hari gelap (salibah) Pembagiannya: a. Qadhiyah Syartiyah Muttashilah dari segi hubungan muqadham dan tali nya ada dua macam: 1) Ittifaqiyah Qadhiyah Syartiyah Muttashilah ittifaqiyah adalah dimana hubungan muqadham dan tali nya bukan ikatan yang pasti, tapi karena kebetulan. Contoh : Bila bapak tidak dirumah, saya akan nonton televisi. 2) Luzumiyah Qadhiyah Syartiyah Muttashilah Luzumiyah adalah dimana hubungan antara muqadham dan tali nya pasti. Contoh: Bila besi dipanaskan akan mengembang. b. Karena yang kita bicarakan disini adalah qadhiyah syartiyah, berarti ada muqadham dan tali, sedang masing-masingnya ada mujabah dan ada salibah. Dengan demikian maka bentuknya ada empat kemungkinan : 1) Keduanya mujabah Contoh: Bila hari terang saya akan keluar rumah. 2) Keduanya salibah Contoh: Bila hari tidak hujan saya tidak akan ambil jemuran. 3) Muqaddamnya mujabah, talinya salibah Contoh: Kalau hujan terus saya tidak ke sekolah. 4) Muqaddamnya salibah dan talinya mujabah Contoh: Kalau adikku tidak menangis saya kesekolah. c. Dari sisi keterkaitan dengan waktu atau hal, Qadhiyah Syartiyah Muttashilah terbagi kepada empat bentuk: 1) Qadhiyah Syartiyah Muttashilah makhsushah, yaitu qadhiyah ada atau tidak ada kelaziman antara muqadham dan tali dalam waktu tertentu. Contoh: Kalau hari cerah saya akan berburu (mujabah). Tidaklah kalaui saya rajin saya akan tinggal (salibah). 2) Qadhiyah Syartiyah Muttashilah kuliyah yaitu ada atau tidaknya kelaziman dalam suatu zaman. Contoh: Setiap makhluk yang bernafas akan mati (mujabah). Tidaklah kalau tiap orang belajar Negara mundur ( salibah). 3) Qadhiyah Syartiyah Muttashilah juz’iyah, yaitu qadhiyah ada atau tidaknya kelaziman antara muqadham dan tali dan sebagian waktu yang tidak tertentu. Contoh: Kadang-kadang bila hujan turun saya akan tidur (mujabah). Tidaklah setiap anak yang menganggur jadi bodoh (salibah). 4) Qadhiyah Syartiyah Muttashilah muhmalah, yaitu qadhiyah dimana ada atau tidaknya kelaziman namun tidak menentukan keadaan atau waktu. Contoh: Hewan bila diberi makan akan jinak (mujabah). Tidaklah bila hewan diberi makan akan liar (salibah). 2. Sur Qadhiyah Syartiyah Muttashilah ada empat : a. Sur Qadhiyah Syartiyah Muttashilah kuliyah mujabah Tiap-tiap, bagaimanapun, kapanpun. Contoh : Tiap-tiap Negara yang anggaran pendidikannya besar ia akan maju. b. Sur Qadhiyah Syartiyah Muttashilah kuliyah salibah Tidak sekali-kali, tidak pernah. Contoh: Tidak pernah tiap-tiap yang berobat tidak akan mati. c. Sur Qadhiyah Syartiyah Muttashilah juz’iyah mujabah Contoh: Kadang-kadang bila mahasiswa rajin belajar ia akan lulus. d. Sur Qadhiyah Syartiyah Muttashilah juz’iyah salibah. Contoh: Kadang-kadang, tidaklah tiap-tiap orang makan obat maka sembuh. B. Qadhiyah Syartiyah Munfashilah Qadhiyah syartiyah munfashilah adalah qadhiyah yang antara muqadham dan talinya tidak ada keterkaitan, atau bahkan bertentangan. Pembagiannya: 1. Dari sisi ada atau tidaknya pertentangan Kalau pada Qadhiyah Syartiyah Muttashilah antara muqadham dan tali nya ada keterkaitan, maka pada Qadhiyah Syartiyah Munfashilah pada muqadham dan tali nya terdapat atau tidak terdapat pertentangan atau perbedaan. Contoh: Baju adakalanya putih adakalanya hitam (mujabah). Tidaklah adakalanya duduk, adakalanya berdiri (salibah). 2. Dari sisi keadaan atau waktu ada atau tidaknya pertentangan antara muqadham dan tali: a. Jika masa atau keadaan tertentu dinamakan qadhiyah makhshusah. Contoh: Orang dalam kamar adakalanya tidur adakalanya membaca (mujabah). Tidaklah selalu petani adakalanya tidur adakalanya sedang memacul (salibah). b. Pertentangan dalam seluruh keadaan dinamakan qadhiyah kuliyah. Contoh: Selalu benda itu adakalanya bergerak adakalanya diam (mujabah). Tidak sama sekali adakalanya bilangan itu genap adakalanya bisa dibagi dua (salibah). c. Ada atau tidak bertentangan sebagian tertentu dari keadaan zaman yang demikian dinamakan qadhiyah jiz’iyah. Contoh: Kadang-kadang sesuatu itu berkembang adakalanya beku (mujabah). Kadang-kadang tidak adakalanya sesuatu itu berkembang atau logam (salibah). 3. Dari sisi bentuk Qadhiyah Syartiyah Munfashilah ada tiga bentuk: a. Maniatul jami’ Muqadham dan tali nya tidak dapat berkumpul sekaligus. Contoh: Presiden Indonesia adakalanya di Jakarta adakalanya di Bali (mujabah). Tidak adakalanya binatang itu kerbau, adakalanya sapi (salibah). b. Maniatul khuluw Yaitu adakalanya muqadham dan tali nya dalam Qadhiyah Syartiyah Munfashilah tidak bisa kosong keduanya atau tidak boleh keduanya tidak ada (tetapi bisa berkumpul). Contoh: Adakalanya buah itu bukan buah jeruk bukan buah mangga (mujabah). Tidaklah adakalanya hewan itu kerbau adakalanya kuda (salibah). c. Maniatul jami’ wal khuluw Yaitu yang muqadham dan tali nya tidak bisa berkumpul dan berpisah sekaligus . Contoh: Manusia adakalanya hidup adakalanya mati (mujabah). Tidaklah seseorang itu adakalanya hidup adakalanya mati (salibah). 4. Dari sisi tabiat tentang ada atau tidaknya pertentangan muqadham dan tali: a. Inadiyah Yaitu yang mengandung ada atau tidaknya pertentangan dengan sendirinya. Contoh: Manusia itu adakalanya hidup adakalanya mati (mujabah) Tidaklah bilangan itu adakalanya genap adakalanya dibagi dua (salibah) b. Ittifaqiyah Yaitu tentang ada atau tidaknya pertentangan muqadham dan tali bukan hakikatnya tapi karena kebetulan. Contoh: Adakalanya buku itu Ilmu Alam adakalanya Bahasa Inggris. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Qadhiyah Syartiyah Muttashilah pembagiannya dapat dikelompokan sebagai berikut: a. Dari segi hubungan muqadham dan tali nya ada dua macam yaitu: Ittifaqiyah dan Luzumiyah b. Dari bentuknya (muqadham dan tali) kemungkinan ada empat: keduanya Mujabah, keduanya Salibah, Muqadhamnya Mujabah dan tali salibah, dan muqadhamnya salibah dan talinya mujabah. c. Dari sisi keterkaitan dengan waktu atau hal ia terbagi kepada empat bentuk 2. Qadhiyah Syartiyah Munfashilah pembagiannya dapat dikelompokan sebagai berikut: a. Dari sisi ada atau tidaknya pertentangan. Bila ada pertentangan maka dinamakan mujabah dan bila tidak ada pertentangan maka dinamakan salibah. b. Dari sisi keadaan atau waktu ada atau tidaknya pertentangan antara muqadham dan tali. c. Dari sisi bentuk Qadhiyah Syartiyah Munfashilah ada tiga bentuk: maniatul jamu’, maniatul khuluw, dan maniatul jami’ wal khuluw. d. Dari sisi tabiat: Ittifaqiyah dan Inadiyah. B. Saran Segala bentuk saran dari pembaca terhadap penyusunan makalah ini sangat kami harapkan, demi kesempurnaan makalah ini. DAFTAR PUSTAKA A Basiq jalil, 2010. Logika (Ilmu mantik), Jakarata: Kencana.
MAKALAH TENTANG “DEVIASI” Dipresentasikan Pada Mata Kuliah STATISTIK PENDIDIKAN DISUSUN OLEH: KELOMPOK V BAHARIL DESRI KURNIA INDAH NOVITRI MARA OMBUN RIDDO RAHMAN DOSEN PEMBIMBING: Drs. AFRIZAL SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) YAYASAN DAKWAH ISLAMIYAH (YDI) PASAMAN TAHUN AKADEMIK 2012/2013 KATA PENGANTAR بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيمِ Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT, berkat rahmat dan karunia dari Allah SWT penulis dapat mempersembahkan makalah sederhana ini kehadapan kita semua. Shalawat berserta salam selalu tercurah buat Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa risalah Islam dari sisi Allah sebagai penunjuk jalan hidup sekalian ummat manusia. Ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan ide dan gagasan serta bimbingan terhadap penyelesaian makalah ini. Terutamasekali kepada dosen pembimbing mata kuliah ini, dan juga teman-teman seperjuangan di lokal I semester VI PAI. Karena tanpa adanya bimbingan dan dukungan dari Bapak Dosen dan teman-teman, sulit rasanya untuk menyelesaikan makalah ini. Kemudian dari pada itu, penulis berharap semoga kiranya makalah ini akan bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi penulis sendiri dalam menambah wawasan keilmuan kita. Sebagai insan yang dhoif, penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca demi untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Wassalam Lubuk Sikaping, Maret 2013 Penyusun DAFTAR ISI Kata Pengantar…………………………………………………………....... i Daftar Isi…………………………………………………………………… ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……………………………………………….... 1 B. Tujuan Penulisan………………………………………………. 1 C. Materi Pokok………………….……………………………….. 1 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Deviasi…….……………………………………….. 2 B. Macam-Macam Deviasi.……………………………………….. 2 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan…………………………………………………….. 10 B. Saran…………………………………………………………… 10 DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam mempelajari statistika, tentunya kita dihadapkan pada banyaknya data yang berbentuk angka-angka, sehingga apabila kita kurang cermat dalam mengolahnya, sangat mungkin akan muncul kekeliruan dalam memahami dan membacanya. Sehingga kita juga bias salah dalam mengambil suatu kesimpulan yang kita perlukan. Dengan demikian hendaknya ada kita berhati-hati dalam mengolah dan memproses data yang kita butuhkan. Diantaranya adalah tentang penyebaran data dan juga tentang selisih atau simpangan antara satu nilai frekuensi dengan mean atau rata-rata dalam satu kelompoknya. Untuk itulah kami mencoba menyajikan tentang menentukan nilai Deviasi dalam sebuah data baik itu bersifat data tunggal maupun data berkelompok. Tujuan penlisan Adapun tujuan utama yang hendak dicapai oleh penulis dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Statistika Pendidikan di kampus yang bersangkutan. Disamping itu juga tentunya penyusunan makalah ini bertujuan dalam rangka mengembangakan ilmu pengetahuan. Materi pokok Adapun materi pokok yang dibahas dalam makalah ini adalah tentang “Deviasi” Dimana terdiri dari dua sub bagian Pengertian Deviasi Macam-macam Deviasi BAB II PEMBAHASAN Pengertian Deviasi Dalam statistik, yang dimaksud dengan deviasi ialah selisih atau simpangan dari masing-masing skor atau interval dari nilai rata-rata hitungnya (devian from the mean) . Deviasi merupakan salah satu ukuran variabilitas data yang biasa dilambangkan dengan huruf kecil dari huruf yang digunakan bagi lambag skornya. Jadi apabila skornya diberi lambang X maka deviasinya berlambang x; jika skornya Y maka lambang deviasinya y, demikian seterusnya. Karena deviasi merupakan simpangan atau selisih dari masing-masingskor terhadap mean groupnya, maka sudah barang tentu akan terdapat dua jenis deviasi, yaitu deviasi yang berada diatas mean disebut deviasi positif (+), dan deviasi yang berada dibawah mean disebut deviasi negatif (-) . Macam-macam Deviasi Deviasi Rata-rata Deviasi rata-rata (average Deviation/mean deviation) adalah jumlah harga mutlak deviasi dari tiap-tiap skor, dibagi dengan banyaknya skor itu sendiri. Perlu dipahami bahwa dalam deviasi rata-rata ini dalam menjumlahkan deviasi itu tanda-tanda aljabar (tanda + dan -) yang terdapat di depan deviasi diabaikan. Dengan kata lain penjumlahan hanya dilakukan pada harga mutlaknya saja. Seluruh harga mutlak deviasi dijumlahkan, lalu dihitung rata-ratanya. Rumus umum dari deiasi rata-rata adalah sebagai berikut: AD = Σx/N AD = Average Deviation = Deviasi Rata-rata Σx = Jumlah harga mutlak deviasi tiap-tiap skor atau interval N = Number of cases. Penghitungan Deviasi Rata-rata untuk data tunggal yang masing-masing skornya berfrekuensi satu Contoh: Tabel 2.1. nilai Hasil Studi Tingkat Sarjana yang Berhasil Dicapai Taufiq dan Perhitungan Deviasi Rata-ratanya Nilai (X) f M ͓ Deviasi (x = X - M ͓) 73 78 60 70 62 80 67 1 1 1 1 1 1 1 70 70 70 70 70 70 70 +3 +8 -10 0 -8 +10 -3 ΣX = 490 N = 7 Σx = 42 * *Dalam menjumlahkan deviasi ini, tanda aljabar (yaitu tanda “plus” dan tanda “minus”) diabaikan. Jadi yang dijumlahkan adalah harga mutlak deviasi tersebut . M ͓ = (ΣX )/N= 490/7=70 AD = Σx/N= 42/7=6,0 Penghitungan Deviasi Rata-rata untuk data tunggal yang masing-masing skornya berfrekuensi lebih dari Satu. Untuk data semacam ini rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: AD = Σfx/N AD = Average Deviation (Deviasi Rata-rata) Fx = Jumlah hasil perkalian antara deviasi tiap-tiap skor dengan frekuensi masing-masing skor tersebut. N = Number of Cases Contoh: Tabel 2.2 Usia (X) F fX X Fx 31 30 29 28 27 26 25 24 23 4 4 5 7 12 8 5 3 2 124 120 145 196 324 208 125 72 46 +3,8 +2,8 +1,8 +0,8 -0,2 -1,2 -2,2 -3,2 -4,2 +15,2 +11,2 +9,0 +5,6 -2,4 -9,6 -11,0 -9,6 -8,4 Total N = 50 ΣfX = 1360 - Σfx = 82,0 Langkah I : mencari mean, dengan rumus: M ͓ = ΣfX/N = 1360/50 = 27,2 Langkah II : menghitung deviasi masing-masing skor, dengan rumus: x = X - M ͓ (lihat kolom empat). Langkah III : mengalikan f dengan x sehingga diperoleh fx; setelah itu dijumlahkan, sehingga diperoleh Σfx, dengan catatan bahwa dalam menjumlahkan fx itu tanda aljabar diabaikan. Maka diperoleh: Σfx = 82,0. Langkah IV : menghitung Deviasi Rata-ratanya, dengan rumus AD = Σfx/N AD = 82,0/50 = 1,64 Penghitungan Deviasi Rata-rata untuk data kelompok Untuk data kelompok, deviasi rata-ratanya dapat diperoleh dengan menggunakan rumus Contoh: Table 2.3 Interval F X fX x (X - M ͓) fx 70 – 74 65 – 69 60 – 64 55 – 59 50 – 54 45 – 49 3 5 6 7 5 3 72 67 62 57 52 47 216 335 372 399 260 141 +12,5863 +7,5863 +2,5863 -2,4137 -7,4137 -12,4137 +37,589 +37,9315 +15,5179 -16,8959 -37,0685 -37,2411 Total N = 29 ΣfX =1723 - Σfx=182,4138 Langkah I :menetapkan Midpoint masing-masing interval. (lihat kolom 3) Langkah II :mengalikan frekuensi masing-masing interval (f) dengan Midpointnya (X) , sehingga diperoleh fX; setelah itu dijumlahkan, sehingga diperoleh ΣfX = 1723 (lihat kolom 4). Langkah III :mencari Mean, dengan rumus: M ͓ = ΣfX/N = 1723/29 = 59,4137 Langkah IV :mencari deviasi tiap-tiap interval. (lihat kolom 5) Langkah V :mengalikan f dengan xsehingga diperoleh fx; setelah itu dijumlahkan dengan tanda aljabarnya diabaikan, sehingga diperoleh Σfx = 182,4138. Langkah IV :menghitung Deviasi Rata-ratanya. AD = Σfx/N = 182,4138/29 = 6,2901. Deviasi standar Setelah kita membahas tentang Deviasi Rata-rata diatas, maka kita bias melihat kelemahannya disana yakni dalam penjumlahan deviasi masing-masingnya sama sekali mengabaikan tanda aljabar yang ada padanya, dan yang dijumlahkan hanya harga mutlaknya saja. Dalam rangka mengatasi kelmahan Deviasi Rata-rata itu, Karl Pearson, member jalan keluar sebagai berikut: Pertama ;semua deviasi-baik yang bertanda “plus” maupun yang bertanda “minus” hendaknya dikuadratkan terlebih dahulu. Dengan cara demikian, maka deviasi yang bertanda “plus” tetap akan bertanda “plus”, sedangkan deviasi yang bertanda “minus” dengan sendirinya (karna dikuadratkan) akan berubah menjadi “plus”. Kedua :setelah semua deviasi dikuadratkan dan bertanda “plus” lalu dijumlahkan, dicari rata-ratanya dan dicari kuadratnya. Deviasi yang seperti inilah yang dinamakan dengan Deviasi Standar karena telah dibakukan atau distandarisasikan, sehingga memiliki kadar kepercayaan atau reliabilitas yang lebih mantap, oleh karena itu dalam dunia analisis statistic Deviasi standar ini mempunyai kedudukan yang penting. Deviasi Standar (Standard Deviation), umumnya diberi lambing: δ atau: SD . Adapun rumus umumnya adalah sebagai berikut: SD = √(( Σ x^2)/N) SD = Deviasi standar 〖Σx〗^2 =Jumlah semua deviasi, setelah mengalami proses pengkuadratan terlebih dahulu. N = Number of Cases Penghitungan Deviasi Standar untuk data tunggal yang masing-masing skornya berfrekuensi satu Contoh: Table 2.4. perhitungan Deviasi Standar dari data yang tertera pada table 2.1 (X) f M ͓ X ( X - M ͓) x^2 73 78 60 70 62 80 67 1 1 1 1 1 1 1 70 70 70 70 70 70 70 +3 +8 -10 0 -8 +10 -3 +9 +64 +100 0 +64 +100 +9 = 490 ΣX N = 7 Σx = 0 〖Σx〗^2 = 346 Langkah perhitungannya: Langkah I :mencari mean: M ͓ = ΣX/N= 490/7 = 70 Langkah II :mencari deviasi x: x = X - M ͓ (lihat kolom 3) Langkah III :mengkuadratkan x sehingga diperoleh x^2, setelah itu dijumlahkan sehingga diperoleh 〖Σx〗^2 = 346. Langkah IV :mencari Deviasi Standarnya: SD ͓ = √(( Σ x^2)/N) = √(( 346)/7) = √49,429 = 7,03 Penghitungan Deviasi Standar untuk data tunggal yang masing-masing skornya berfrekuensi lebih dari Satu Contoh: Table 2.5. perhitungan Deviasi Standar dari data yang tertera pada table 2.2 (X) f fX x x^2 fx^2 31 30 29 28 27 26 25 24 23 4 4 5 7 12 8 5 3 2 124 120 145 196 324 208 125 72 46 +3,8 +2,8 +1,8 +0,8 -0,2 -1,2 -2,2 -3,2 -4,2 14,44 7,84 3,24 0,64 0,04 1,44 4,84 10,24 17,64 57,76 31,36 16,20 4,48 0,48 11,52 24,20 30,72 35,28 Total N = 50 ΣfX= 1360 - - 〖Σfx〗^2= 212,00 Langkah perhitungannya: Langkah I :mencari mean: M ͓ = ΣfX/N= 1360/50 = 27,2 Langkah II :mencari deviasi x: x = X - M ͓ (lihat kolom 4) Langkah III :mengkuadratkan x sehingga diperoleh x^2 (lihat kolom 5) Langkah IV :memperkalikan frekuensi dengan x^2, sehingga diperoleh 〖fx〗^2; setelah itu dijumlahkan, diperoleh 〖Σfx〗^2= 212. Langkah V : mencari Deviasi Standarnya SD ͓ = √(( Σ x^2)/N)= √(( 212)/50)= √(4,24 )=2,06 Penghitungan Deviasi Standar untuk data kelompok Contoh: Table 2.6. perhitungan Deviasi Standar dari data yang tertera pada table 2.3 Interval f X fX x (X - M ͓) x^2 fx^2 70 – 74 65 – 69 60 – 64 55 – 59 50 – 54 45 – 49 3 5 6 7 5 3 72 67 62 57 52 47 216 335 372 399 260 141 +12,5863 +7,5863 +2,5863 -2,4137 -7,4137 -12,4137 158,4149 57,5519 6,6889 5,8259 54,9629 154,0999 475,2447 287,7595 40,1334 40,7813 274,8145 462,2997 Total N= 29 ΣfX =1723 - 〖Σfx〗^2=1581,0331 Dari table diatas telah kita peroleh Σfx^2=1581,0331; sedangkan N = 29. Dengan demikian Deviasi Standarnya adalah sebagai berikut: SD = √(( Σ x^2)/N)= √(( 1581,0331)/29)= √(54,5183 ) =7.3836 BAB III PENUTUP Kesimpulan Dalam statistik, yang dimaksud dengan deviasi ialah selisih atau simpangan dari masing-masing skor atau interval dari nilai rata-rata hitungnya (devian from the mean) Deviasi terbagi atas dua macam, yaitu: dDeviasi Rata-rata dan Deviasi Standar. Yang membedakan antara keduanya adalah kalau pada Deviasi Standar dalam penjumlahan deviasi masing-masing skornya sama sekali mengabaikan tanda aljabar (tanda “plus” dan tanda “minus”), sedangkan da;lam penghitungan Deviasi Standar tetap menggunakan tanda aljabar dalam penjumlahan deviasi masing-masing skornya namun dengan terlebih dahulu mengkuadratkannya, kemudian dibagi dengan masing-masing skor tersebut. Saran Dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan kami tentunya masih ada kekurangan-kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan adanya saran yang membangun dari teman-teman pembaca. Sehingga penyusunan makalah ini akan lebih sempurna dimasa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA  Sudijono, Anas, 2007, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.  Hadi, sutrisno, 2004, Statistik, Yogyakarta: Andi Offset.